4 Langkah Membangun SDM Unggul Melalui Kolaborasi Program Makan Bergizi Gratis

Aris Kurnia Hikmawan

4 May 2025, 13:24 WIB

Bagikan

Keterangan Foto: Anak-anak sekolah di daerah rawan konflik di Papua Tengah menerima makan bergizi gratis. Makanan sebanyak 1.000 paket itu didistribusi menggunakan helikopter oleh Kementerian Pertahanan melalui Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III. (ist)

Membangun SDM Unggul Melalui Kolaborasi Program MBG

Di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), daya saing suatu negara atau organisasi sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya. Pengembangan SDM bukan lagi semata urusan peningkatan keterampilan kerja, tetapi juga mencakup pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk asupan gizi yang memadai. Dalam konteks ini, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai diterapkan secara bertahap di Indonesia sejak tanggal 6 Januari 2025 itu dinilai menjadi salah satu terobosan kebijakan yang strategis.

Program ini hadir tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan sehat, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sasaran utama program ini adalah kelompok rentan seperti anak-anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui yang memiliki kebutuhan gizi spesifik sesuai standar Angka Kecukupan Gizi (AKG). Ketika kebutuhan dasar ini dipenuhi, dampaknya akan terasa langsung pada peningkatan konsentrasi belajar, produktivitas, serta penurunan angka stunting dan gizi buruk dalam rentang waktu tertentu.

Program ini dapat dikatakan lebih dari sekadar proses pendistribusian makanan, melainkan MBG membuka ruang kolaborasi multipihak yang berdampak sosial dan ekonomi secara luas. Pelibatan UMKM lokal dalam penyediaan makanan, misalnya, tidak hanya memperkuat ketahanan pangan daerah, tetapi juga membuka lapangan kerja yang membantu menekan angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Urgensi Kolaborasi dalam Program MBG

Keberhasilan program MBG sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor. Kolaborasi ini tidak semata-mata tentang kerja sama teknis dalam menyediakan makanan, tetapi mencakup pembentukan nilai sosial, saling percaya, dan sinergi antar pemangku kepentingan.

Menurut Ansell dan Gash (2008), kolaborasi yang efektif dalam kebijakan publik haruslah berbentuk collaborative governance, yaitu pengambilan keputusan kolektif melalui forum formal yang melibatkan aktor-aktor dari sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil. Konsep ini sangat relevan diterapkan dalam program MBG karena keberhasilannya tidak dapat ditentukan oleh satu pihak saja.

Sebagai contoh, manajemen sekolah, staf dapur, dinas kesehatan dan dinas terkait lainnya, serta peserta program harus bekerja sama mulai dari perencanaan menu berbasis gizi seimbang, distribusi makanan yang higienis, hingga menciptakan suasana makan yang mendidik dan menyenangkan. Terlebih suasana makan bersama dalam program ini tidak hanya menjadi momen pemenuhan gizi semata, tetapi juga menjadi ruang interaksi sosial yang memperkuat solidaritas dan menumbuhkan budaya hidup sehat, terutama di lingkungan pendidikan maupun tempat kerja.

4 Kunci Implementasi Program MBG

Untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas program MBG, perlu diterapkan prinsip-prinsip collaborative governance secara sistematis. Berdasarkan studi Ansell dan Gash, terdapat empat elemen utama dalam collaborative governance yang efektif:

  1. Kondisi Awal (Starting Conditions)
    Kondisi sebelum kolaborasi dimulai, seperti ketimpangan kekuasaan, riwayat konflik atau kerja sama sebelumnya, serta adanya hambatan dan dorongan untuk terlibat. Misalnya, ketimpangan antara pemerintah dan pelaku UMKM dalam akses sumber daya bisa memengaruhi semangat kolaborasi.
  2. Desain Kelembagaan (Institutional Design)
    Aturan dan mekanisme kerja sama yang jelas dan inklusif. Forum kolaborasi perlu dibentuk dengan prosedur yang transparan agar semua pihak merasa dilibatkan secara adil.
  3. Kepemimpinan (Facilitative Leadership)
    Dibutuhkan pemimpin yang dipercaya oleh semua pihak, yang mampu menjadi penengah saat terjadi konflik, serta mendorong partisipasi dan keterbukaan dalam proses kolaborasi.
  4. Proses Kolaboratif (Collaborative Process)
    Proses kolaborasi bukanlah kegiatan instan, melainkan rangkaian tahapan yang terus berkembang. Ansell dan Gash menjelaskan bahwa proses kolaboratif terdiri dari lima elemen penting:
  1. Dialog Tatap Muka
    Pertemuan langsung antara pemangku kepentingan penting untuk membangun komunikasi yang sehat, mengidentifikasi peluang kolaborasi, dan menyusun kesepakatan bersama. Dialog ini membuka ruang bagi semua suara untuk terdengar secara setara.
  2. Membangun Kepercayaan
    Kepercayaan merupakan pondasi jangka panjang dalam kolaborasi. Pemimpin dan fasilitator perlu terus membangun relasi berbasis kepercayaan, khususnya bila sebelumnya pernah terjadi konflik antar aktor.
  3. Komitmen terhadap Proses
    Kolaborasi bukanlah perjanjian sesaat. Ia membutuhkan komitmen berkelanjutan untuk tetap hadir, berpartisipasi, dan berbagi sumber daya secara adil. Adanya ketergantungan satu sama lain bisa memperkuat komitmen ini.
  4. Pemahaman Bersama
    Seluruh aktor perlu menyepakati definisi masalah, tujuan bersama, dan nilai-nilai kolaborasi. Dengan kesamaan pemahaman, proses pengambilan keputusan akan lebih mudah dan minim konflik.
  5. Hasil Antara (pertengahan)
    Keberhasilan kecil di tengah jalan, seperti peningkatan partisipasi sekolah atau turunnya angka anemia pada siswa dapat meningkatkan kepercayaan dan memperkuat komitmen jangka panjang.

Praktik collaborative governance juga telah berhasil diterapkan di berbagai negara. Di Brasil, program Fome Zero (Zero Hunger) menunjukkan bahwa keberhasilan kebijakan makan bergizi tidak hanya terletak pada alokasi anggaran, tetapi juga pada keterlibatan masyarakat sipil dan dunia usaha dalam pelaksanaannya. Sementara di Jepang, program makan siang sekolah (kyushoku) telah menjadi model sukses karena kolaborasi antara pemerintah daerah, petani lokal, dan sekolah dalam menyediakan makanan berkualitas tinggi setiap hari.

Menuju SDM Unggul dan Berdaya Saing

SDM yang sehat secara fisik dan mental merupakan prasyarat untuk menciptakan bangsa yang maju. Kualitas SDM dipengaruhi sejak dini oleh asupan nutrisi yang cukup dan seimbang. Dengan memastikan anak-anak mendapatkan makanan sehat setiap hari di sekolah, negara sesungguhnya sedang membangun fondasi modal manusia (human capital) untuk jangka panjang.

Menurut WHO atau World Health Organization (2017) peningkatan gizi anak usia sekolah juga berkorelasi kuat dengan prestasi akademik, daya kognitif, serta produktivitas di masa dewasa. Investasi dalam program seperti MBG akan berdampak signifikan pada indikator makroekonomi seperti pertumbuhan PDB, indeks pembangunan manusia (IPM), dan pengurangan beban sistem kesehatan nasional.

Penutup

Program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar inisiatif sosial, melainkan strategi pembangunan nasional yang harus dijalankan dengan semangat kolaboratif. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip collaborative governance, MBG dapat menjadi katalisator bagi peningkatan SDM Indonesia yang sehat, produktif, unggul, dan berdaya saing global.

Dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks, tidak ada pilihan lain selain bekerja bersama, saling percaya, dan saling menguatkan. Dari meja makan sederhana di sekolah hingga ruang rapat lintas sektor, kolaborasi adalah jalan menuju masa depan yang lebih sehat dan inklusif.

Penulis : Siti Nur Inayah
Asal Penulis : Universitas Brawijaya
Editor : Aris Kurnia Hikmawan

Aris Kurnia Hikmawan

Diperbarui 4 May 2025

Bagikan

Rekomendasi

Budy Hermanto Kawal Keluhan ASN Soal Pemotongan TPP

Semarak Malam Palangka Raya di Car Free Night Bersama Delta Band

Pemkab Sukamara Luncurkan Aplikasi SRIKANDI: Wujud Nyata Transformasi Digital Kearsipan

Desa Sungai Pasir Wakili Sukamara dalam Lomba Desa Tingkat Provinsi Kalteng 2025: Wujud Nyata Ketahanan Pangan dan Semangat Gawi Barinjam

Wakil Bupati Sukamara Pimpin Rakor GTRA: Dorong Sinergi Reforma Agraria untuk Keadilan dan Kesejahteraan

Yayasan Perdana Medika Cemerlang Lepas Siswa TK Perdana: Menyemai Harapan untuk Masa Depan Gemilang

Bunda PAUD Sukamara Hadiri Perpisahan TK Perdana: Ajak Anak Terus Belajar dan Berani Bermimpi

Pemkab Sukamara Apresiasi Beasiswa CSR PT Sungai Rangit untuk Mahasiswa PSDKU Polnep: Wujud Nyata Sinergi Dunia Usaha dan Pendidikan

Wabup Lepas Kontingen Sukamara Ikuti Festival Budaya Isen Mulang

Pemkab Sukamara Bentuk Satgas Terpadu Tangani Premanisme Demi Jaga Iklim Investasi dan Ketertiban

Bupati Sukamara Pimpin Rapat Persiapan Sukamara Expo dan Gebyar UMKM 2025

Pemkab Sukamara dan Pengadilan Agama Sepakati Kerja Sama untuk Perlindungan Hak Perempuan dan Anak Pasca Perceraian