Sistem Goceng Dinilai Tidak Manusiawi: Perusahaan Untung, Driver Ojol Malah Buntung

Aris Kurnia Hikmawan

15 February 2025, 13:14 WIB

Bagikan

Keterangan Foto: Demonstrasi driver ojol beberapa waktu lalu terkait kebijakan Gojek yang dinilai merugikan. (ist)

TENTANGKALTENG.ID, PALANGKA RAYA Sejumlah driver Gojek di Palangka Raya mengeluhkan sistem yang diberlakukan oleh perusahaan transportasi daring tersebut. Saat ini sendiri, terdapat dua sistem pemesanan yang diterapkan oleh Gojek, yaitu sistem reguler dan sistem “Goceng”.

Seorang driver yang mengalami langsung kejadian ini membagikan pengalamannya secara ekslusif kepada awak media dari tentangkalteng.id. Menurutnya, dalam sistem reguler, seorang driver menerima orderan dengan tarif normal, dengan tarif termurah sekitar Rp8.800 bersih, tergantung jarak antar. Sementara itu, sistem Goceng menetapkan tarif hanya Rp5.000 per satu kali pesanan, tanpa mempertimbangkan jarak tempuh antara lokasi pengambilan dan pengantaran.

Salah satu permasalahan utama yang dikeluhkan oleh driver adalah jarak pengantaran yang tidak sesuai dengan tarif yang diberikan. Dalam beberapa kasus, driver Goceng harus menempuh jarak yang cukup jauh, namun tetap menerima bayaran yang sama, yaitu Rp5.000 per pesanan. Kondisi ini membuat para driver merasa dirugikan karena mereka harus menerima pesanan tanpa mempertimbangkan biaya operasional yang dikeluarkan.

Selain itu, para driver reguler juga mengeluhkan kondisi mereka yang kesulitan mendapatkan orderan. Diduga, banyak orderan reguler yang dialihkan secara otomatis oleh sistem Gojek ke driver Goceng tanpa sepengetahuan driver. Hal ini membuat driver reguler kehilangan peluang pendapatan yang lebih besar.

Sebagai contoh, driver tadi pernah mendapatkan dua pesanan dalam waktu yang bersamaan dengan tarif Goceng, yang seharusnya memberikannya pendapatan Rp10.000 (Rp5.000 x 2). Namun, setelah mengantarkan pesanan tersebut, sang driver mencoba menanyakan secara langsung kepada pelanggan tentang besaran tarif yang ia bayarkan ke aplikasi. Setelah mengecek aplikasi dari pelanggan, ternyata salah satu pelanggan membayar Rp14.000 dan yang lainnya Rp10.000, sehingga totalnya Rp24.000. Namun, driver hanya menerima Rp10.300, sementara Gojek memperoleh keuntungan Rp13.700 dari pemesanan tersebut. Kasus ini semakin memperjelas bahwa ada sistem yang kurang transparan dalam pembagian tarif antara driver dan pihak Gojek.

Selain mendapat keuntungan dari sistem Goceng, Gojek juga mengambil potongan sekitar 20% dari total belanja di restoran dalam setiap pesanan GoFood. Dengan kombinasi sistem ini, para driver merasa bahwa keuntungan yang didapatkan oleh pihak Gojek jauh lebih besar dibandingkan dengan yang mereka terima.

Masalah lainnya yang menjadi perhatian adalah kondisi para driver reguler yang semakin sulit mendapatkan pesanan. Banyak dari mereka mengeluhkan kondisi ketika seharian mengaktifkan aplikasi namun tidak mendapat orderan sama sekali. Beberapa driver bahkan menghabiskan waktu hingga 16 jam dalam sehari tetapi tetap tidak memperoleh pendapatan yang layak.

“Sebelumnya saya bisa mendapatkan penghasilan Rp150.000 hingga Rp200.000 per hari, tapi sekarang mendapatkan Rp50.000 saja sangat sulit,” keluh seorang driver yang tidak ingin disebutkan namanya kepada tentangkalteng.id pada Sabtu, 15 Februari 2025.

Selain itu, para driver berharap agar sistem ini bisa diperbaiki demi kesejahteraan mereka. Mereka menginginkan sistem Goceng tetap diberikan sesuai dengan jarak tempuh yang masuk akal, sementara pesanan reguler seharusnya tetap diberikan kepada driver reguler. Dengan adanya perbaikan sistem, diharapkan para driver bisa bekerja dengan lebih nyaman dan mendapatkan pendapatan yang layak sesuai dengan usaha mereka.

Hal ini dikarenakan banyak driver yang bergantung pada Gojek sebagai sumber penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Oleh karena itu, mereka berharap pihak Gojek dapat bersikap lebih transparan dan adil dalam mendistribusikan orderan agar semua driver bisa mendapatkan kesempatan kerja yang lebih merata.

Pihaknya berharap keluhan ini menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Bukan hanya bagi Gojek sebagai penyedia layanan, tetapi juga bagi pemerintah agar turut melakukan pengawasan dan penindakan jika ditemukan adanya pelanggaran. Mereka ingin agar perusahaan Gojek dapat berlaku adil, tidak melakukan eksploitasi berlebihan terhadap para driver yang telah bersama-sama membesarkan perusahaan transportasi daring tersebut selama ini.

Reporter: Nurul Hidayah
Editor: Aris Kurnia Hikmawan

Aris Kurnia Hikmawan

Diperbarui 15 February 2025

Bagikan

Rekomendasi

Tokoh Muda KAHMI Dukung Fairid Pimpin Golkar Kalteng

Saiful Resmi Kukuhkan Paskibraka Katingan Jelang HUT ke-80 RI

Pesta Meriah HUT RI ke-80 ala KKSS Kalteng, Puluhan Hadiah Mewah Menanti

Tingkatkan Mutu dan Visi Misi Sekolah, Guru PAI SMAN 2 Kasongan Gelar Kolaborasi Pembelajaran

Guru SMP dan SMA Katingan Dibekali Strategi Pembelajaran Abad 21

HPPD Cup 2025 Resmi Bergulir, Wadah Silaturahmi dan Pembinaan Pemain Muda

Tokoh Muda Hindu Nyatakan Dukungan untuk Alfian Mawardi Pimpin Kembali DPD KNPI Kalteng

Operasi Bibir Sumbing Gratis, Pemkab Katingan Gandeng Smile Fren

Koperasi Merah Putih Katingan, Penopang Ekonomi Kerakyatan di Perbatasan

Reformasi Birokrasi Katingan Kini Lebih Berorientasi pada Dampak Nyata

Kemenko Polkam Puji Pengawasan Ketat Ahli Gizi pada MBG di Katingan

GOW Katingan Hidupkan Semangat Baru Lewat Slogan “Gesit Optimis Wow”